Rabu, 06 November 2019

Kisah Nasehat Luqmanul Hakim (Lengkap)

Kisah kali ini akan menceritakan tentang Luqmanul Hakim, salah seorang hamba Allah Swt yang diceritakan dalam alqur'an memiliki keshalehan luar biasa. Terdapat dua pendapat yang menyatakan kedudukan Luqman; pertama, dia seorang Nabi. Kedua, dia seorang hamba Allah yang Shaleh. Namun para ulama salaf lebih banyak memilih yang kedua. Nasehat-nasehat luar biasa kepada anaknya banyak dikisahkan dalam alqur'an dan sangat bagus dijadikan panduan bagi kita semua dalam menjalani hidup. Baiklah, berikut ini kisah selengkapnya.

Kisah Luqmanul Hakim

Luqmanul Hakim adalah seorang hamba Allah yang shaleh, putera dari Anqaa bin Sadoun, ia berasal dari Habsyah, berkulit hitam, berbibir tebal, pekerjaannya menjadi tukang kayu. Namun Allah kemudian mentakdirkan dirinya menjadi seorang hakim bagi bani Israil di zaman raja Daud as, karena keteguhannya memegang amanah dan meninggalkan segala sesuatu yang tidak ada gunanya. Allah mengabadikan keberadaannya dalam Al-Qur'an dengan surat Luqman. Luqman merupakan sosok seorang ayah yang sangat perhatian pada pendidikan anaknya agar memperoleh keberhasilan di dunia dan akherat, selamat dari siksa Allah.

 Kisah kali ini akan menceritakan tentang  Kisah Nasehat Luqmanul Hakim (Lengkap)

Nasehat Luqmanul Hakim

Suatu saat Luqmanul Hakim sedang berjalan ke pasar bersama anaknya, ia mengendarai keledai bersama anaknya. Pertama-tama, ia menunggangi kuda dan anaknya yang menuntun. Orang yang melihatnya mencela dirinya: "Orang tua kejam, dia enak-enakan di atas kuda, anaknya disuruh nuntun". Kemudian disuruhnya anaknya ikut naik ke atas keledai. Orang yang melihatnya kembali mencelanya: "Kok tidak kasihan pada binatang itu, dua orang kok naik satu keledai". Lalu turunlah Luqman dan anaknya tetap di atas keledai. Orang yang melihatnya kembali mencelanya: "Dasar anak kurang ajar, bapak kok dijadikan buruh suruh nuntun". Lalu Luqman mengajak anaknya turun dan menuntun keledainya. Orang pun kembali mencela: "Bodoh sekali, keledai kok cuma dituntun tidak dinaiki" 

Sejak dari awal sampai orang terakhir yang melihatnya semua mencela perbuatannya. Luqman kemudian mengajarkan pada anaknya, apapun perbuatan baik yang engkau lakukan akan mendapat ujian. Dan sebaik apapun perbuatanmu akan dicemooh orang.

Putra Luqmanul Hakim berkata kepadanya: "Apakah yang baik dari seorang manusia?" Jawab Luqmanul Hakim: "Agama" Bertanya lagi si Anak: "Kalau ada dua macam?" beliau menjawab "Agama dan harta", "Kalau tiga?" tanya si anak, "Agama, harta, dan malu" Jawab Luqmanul Hakim. Anak ini tidak berhenti bertanya. "Kalau empat?", Luqman menjawab "Agama, harta, malu, dan budi pekerti yang baik", ia bertanya lagi "kalau lima?" beliau menjawab "Agama, harta, malu, budi pekerti yang baik dan pemurah". "kalau enam?" tanyanya mendesak, kemudian Luqmanul Hakim menjawab dengan sabar "Wahai anak kesayanganku, kalau lima hal itu berkumpul pada seseorang maka ia adalah orang suci, terpelihara, dilindungi Allah dan bebas dari Syetan.

Nasehat Luqmanul Hakim tentang Orang Suci

Luqman mendapatkan hikmah yang luar biasa dari Allah sehingga mengetahui akhir dari setiap persoalan semua kebaikannya, akhir dari penyesalan semua keburukannya. Oleh karena itu, Allah mengisyaratkan kepadanya untuk selalu bersyukur atas apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya, karena sebenarnya dengan bersyukur berarti ia mensyukuri dirinya sendiri;
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dam barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha terpuji" (QS Luqman 31: 12)
Dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya, Luqman memberi pelajaran kepada anaknya, Tsaran, sebagaimana telah diceritakan dalam al-Qur'an, ia berkata kepadanya: "Hai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar".

Ia mengingatkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyusuinya dalam dua tahun. Dengan bijaksana, ia mengingatkan bahwa barangsiapa yang bersyukur kepada Allah hendaklah ia bersyukur pula kepada dua orang ibu bapaknya. Sedangkan jika keduanya memaksa untuk mempersekutukan Allah dengan yang lain, dengan sesuatu yang tidak mengetahuinya, maka hendaknya jangan mengikuti keduanya dan tetap mempergauli keduanya di dunia dengan baik, itulah jalan orang yang kembali kepada Allah. Bukankah hanya kepada Allah jua tempat kembali.

Kemudian, ia memperingatkan kepada anaknya tentang perbuatan baik kepada Allah, menaati seluruh aturannya dan menjauhkan segala yang dilarangnya, Luqman berkata: "Hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya. Sesungguhnya Allah Maha Halus, pengetahuannya meliputi segala sesuatu, dan Allah Maha Mengetahui". 

"Hai anakku dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah".

Dalam kehidupan bermasyarakat, ia tidak lupa menasehati anaknya agar berlaku baik, rendah hati, tidak sombong, dan sederhana. Luqman berkata: "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai".

Sungguh indah nasehat Luqman pada anaknya, menuntun kita pada suri tauladan orang tua yang sangat perhatian terhadap perkembangan anaknya. Dan sudah seharusnya orang tua berbuat demikian, karena di akherat Allah akan meminta pertanggung jawaban orang tua atas anak-anak mereka.

Demikianlah uraian kisah tentang Luqmanul Hakim, semoga bermanfaat.